BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan ilmu dan filsafat diawali dari rasa ingin tahu,
kemudian meningkatnya rasa ingin tahu, lalu kebiasaan penalaran yang radikal
dam divergen yang kemudian terbagi dua yaitu berkembangnya logika Deduktif dan
Induktif, selanjutnya gabungan logika deduktif dan induktif yaitu proses
Logika, Hipothetico dan Verifikasi, terakhir adalah berkembangnya kreativitas.
Berdasarkan perkembangan ilmu abad 20 menjadikan manusia
sebagai makhluk istimewa dilihat dari kemajuan berimajinasi. Konsep terbaru
filsafat abad 20 didasarkan atas dasar fungsi berfikir, merasa, cipta talen dan
kreativitas. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik perlu sarana berfikir, yang
memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Sarana
ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan
mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan
untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari.
Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan
gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka
penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika
induktif. Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah
yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak
hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung
oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah
penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana
berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut.
Berdasarkan pemikiran ini, maka tidak sukar untuk dimengerti
mengapa mutu kegiatan keilmuan tidak mencapai taraf yang memuaskan, sekiranya
sarana berfikir ilmiahnya memang kurang dikuasai. Melakukan kegiatan ilmiah
dengan baik, diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika dan statistik.
Hal ini dapat dipahami dengan beberapa pernyataan mengapa bahasa, matematika
dan statistika diperlukan dalam kegiatan ilmiah, seperti; Bagaimana mungkin seorang
bisa melakukan penalaran yang cermat, tanpa menguasai struktur bahasa yang
tepat? Bagaimana seseorang bisa melakukan generalisasi tanpa menguasai
statistik?
B.
RUMUSAN MASALAH
Dalam
makalah ini membahas tentang :
1.
Pengertian sarana berfikir ilmiah da hal-hal yang perlu di
perhatikan didalamnya ?
2.
Hubungan sarana berfikir
ilmiah dengan bahasa?
3.
Hubungan sarana berfikir
ilmiah dengan matematika ?
4.
Hubungan sarana berfikir
ilmiah dengan statistika ?
5.
Hubungan sarana berfikir
ilmiah dengan logika ?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Menjelaskan tentang
sarana berfikir ilmiah
2.
Menjelaskan masing-masing
ilmu yang berhubungan dengan sarana berfikir ilmiah diantaranya bahasa,
matematika, statistika dan logika.
BAB II
PEMBAHASAN
SARANA
BERFIKIR ILMIAH
Berfikir
menurut Salam adalah suatu aktifitas untuk menemukan pengetahuan yang benar
atau kebennaran. Berfikir juga dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan
untuk menentukan langkah yang akan ditempuh. Ilmiah adalah ilmu. Jadi berfikir
ilmiah adalah proses atau aktifitas manusia untuk menemukan atau mendapatkan
ilmu yang bercirikan dengan adanya
kausalitas, analisis dan sintesis.
Dalam
epistemology atau perkembangan untuk mendapatkan ilmu, diperluka adanya sarana
berfikir ilmiah. Sarana berfikir ilmiah ini adalah alat bagi metode ilmiah
dalam melakukan fungsinya secara baik. Jadi fungsi sarana berfikir ilmiah
adalah membantu proses metode ilmiah dalam mendapat ilmu atau teori yang lain.
Hah-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berfikir ilmiah adalah :
1.
Sarana berfikir ilmiah
bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang didipatkan berdasarkan
metode ilmiah.
2.
Tujuan mempelajari metode
ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Adapun
sarana berfikir ilmiah adalah bahasa, matematika, statistika dan logika,
kekempat saraa berfikir ilmiah ini sangat berperan dalam pembentukan ilmu yang
baru.
A.
BAHASA
Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim
dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan
bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan
berjalan. Menurut Ernest Cassirer, sebagaimana yang dikutip oleh Jujun, bahwa
keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikir melainkan terletak
pada kemampuan berbahasa[1]
Bahasa diperlukan manusia atau sebagai fungsi :
1.
Alat komunikasi atau
fungsi komunikatif
2.
Alat budaya yang
mempersatukan manusia yang menggunakan bahasa tersebut atau fungsi kohesif.
Di dalam fungsi komunikatif bahasa terdapat 3 unsur
bahasa, yang digunakan untuk menyampaikan : perasaan (unsur emotif), sikap
(unsur afektif) dan buah pikiran (unsur penalaran). Perkembangan bahsa
dipengaruhi oleh ketiga unsur bahasa ini.
Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan
informasi yang berupa pengetahuan. Kekurangan bahasa terletak pada :[2]
a.
Peranan bahsa yang
multifungsi, artinya komunikasi ilmiah hanya menginginkan penyampaian buah
pikiran/ penalaran saja, sedangkan bahasa verbal harus mengandung unsur emotif,
afektif, dan simbolik.
b.
Arti yang tidak jelas dan
eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahsa.
c.
Konotasi yang besifat
emosional.
Aliran-aliran dalam bahsa filsafat :
§
Filsafat Modern
Filsafat ini menyatakan
bahwa kebanyakan dari pernyataan dan pernyataan ahli filsafat timbul dari kegagalan
mereka untuk mnguasai logika bahasa.
§
Filsafat Analitik
Bahasa bukan saja sabagai
alat bagi berfikir dan berfilsafat tetapi juga sabagai bahan dasar dan dalam
hal tertentu merupakan hasil akhir dari filsafat.
B.
MATEMATIKA
Matematika adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna
dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
“artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.
Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.[3]
Bahasa verbal mempunyai
beberapa kekurangan yang sangat mengganggu. Untuk mengatasi kekurangan kita
berpaling kepada matematika. Matematika adalah bahasa yang berusaha
menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Umpamanya
kita sedang mempelajari kecepatan jalan kaki seorang anak maka objek “kecepatan
jalan kaki seorang anak” dilambangkan x, dalam hal ini maka x hanya mempunyai
arti yang jelas yakni “kecepatan jalan kaki seorang anak”. Demikian juga bila
kita hubungkan “kecepatan jalan kaki seorang anak” dengan obyek lain misalnya
“jarak yang ditempuh seorang anak” yang kita lambangkan dengan y, maka kita
lambangkan hubungan tersebut dengan z = y / x dimana z melambangkan “waktu
berjalan kaki seorang anak”. Pernyataan z = y / x tidak mempunyai konotasi
emosional, selain itu bersifat jelas dan spesifik[4]
Matematika
merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping pengetahuan
mengenai matematika itu sendiri, matematika juga memberikan bahasa, proses dan
teori yang memberikan ilmu suatu bentuk kekuasaan. Fungsi matematika menjadi
sangat penting dalam perkembangan macam-macam ilmu pengetahuan. Penghitungan
matematis misalnya menjadi dasar desain ilmu teknik, metode matematis yang
dapat memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosialdan
ekonomibahkan pemikiran matematis dapat memberikan warna kepada arsitektur dan
seni lukis.
Matematika
dalam perkembangannya memberikan masukan-masukan pada bidang-bidang keilmuan
yang lainnya. Konstribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam , lebih
ditandai dengan pengunaan lambang-lambang bilangan untuk menghitung dan
mengukur, objek ilmu alam misal gejala-gejalah alam yang dapat diamatidan
dilakukan penelaahan secara berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang
memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit melakukan pengamatan.
Disamping objeknya yang tak terulang maka kontribusi matematika tidak
mengutamakan pada lambang-lambang bilangan.
C.
STATISTIKA
Secara etimologi, kata statistik
berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan
state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara.
Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai “ kumpulan bahan keterangan
(data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud
angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan bagi suatu
negara”. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya
dibatasi dengan kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif
saja)[5]
Prof. Dr. Sudjana, M.A., M.Sc. mengatakan ststistik adalah
pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan
penganalisisannya, dan penerikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan
peanganalisisan yang dilakukan. Kemudian J.Supranto memberikan pengertian
ststistik dalam dua arti. Pertama statistik dalam arti sempit adalah data
ringkasan yang berbentuk angka (kuantitatif). Kedua statistik dalam arti luas
adalah ilmu yang mempelajari cara pengumpulan, penyajian dan analisis data,
serta cara pengambilan kesimpulan secara umum berdasarkan hasil penelitian yang
menyeluruh. Secara lebih jelas pengertian statistik adalah ilmu yang
mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan,
penganalisisan, penafsiran, dan penarikan kesimpulan dari data yang berbentuk
angka-angka.[6]
Statistika digunakan untuk menggambarkan suatu persoalan
dalam suatu bidang keilmuan. Maka, dengan menggunakan prinsip statistika
masalah keilmuan dapat diselesaikan, suatu ilmu dapat didefinisikan dengan
sederhana melalui pengujian statistika dan semua pernyataan keilmuan dapat
dinyatakan secara faktual. Dengan melakukan pengjian melalui prosedur
pengumpulan fakta yang relevan dengan rumusan hipotesis yang terkandung
fakta-fakta emperis, maka hipotesis itu diterima keabsahan sebagai kebenaran,
tetapi dapat juga sebaliknya.[7]
D.
LOGIKA
Logika adalah jalan fikiran yang masuk akal, definsi ini
dirujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:680). Logika disebut juga
sebagai penalaran. Menurut Salman(1997:140) penalaran adalah suatu proses
penemuan kebenaran dan setiap jenis penalaran memiliki criteria kebenarannya
masing-masing.
Logika adalah cara berpikir atau penalaran menuju kesimpulan
yang benar. Aristoteles (384-322 SM) adalah pembangun logika yang pertama.
Logika Aristoteles ini, menurut Immanuel Kant, 21 abad kemudian, tidak
mengalami perubahan sedikit pun, baik penambahan maupun pengurangan.
Aristoteles memerkenalkan dua bentuk logika yang sekarang
kita kenal dengan istilah deduksi dan induksi. Logika deduksi, dikenal juga
dengan nama silogisme, adalah menarik kesimpulan dari pernyataan umum atas hal
yang khusus. Contoh terkenal dari silogisme adalah:
·
Semua manusia akan mati
(pernyataan umum, premis mayor)
·
Isnur manusia (pernyataan
antara, premis minor)
·
Isnur akan mati
(kesimpulan, konklusi)
Logika induksi adalah kebalikan dari deduksi, yaitu menarik kesimpulan
dari pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus menuju pernyataan umum. Contoh:
Ø Isnur adalah manusia, dan ia mati (pernyataan khusus)
Ø Muhammad, Asep, dll adalah manusia, dan semuanya mati
(pernyataan antara)
Ø Semua manusia akan mati (kesimpulan)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan
sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya
penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguaaan sarana berpikir ilmiah
ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa
menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tidak dapat dilakukan.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir
ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika,
statistika dan logika, agar dalam kegiatan ilmiah tersebut dapat berjalan
dengan baik, teratur dan cermat.
DAFTAR
PUSTAKA
Bachtiar,
Amsal. 2011. Filsafat Ilmu.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Depdiknas.
2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ke Tiga. Jakarta: Balai
Pustaka
Salam,
Burhanudin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta :
Rineka
Cipta
Suriasumantri, S. Jujun, Filsafat
Ilmu Suatu Pengantar Populer, Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan,
1990.
Sudjana, Metode Statistika,
Bandung : Tarsito, 1996.
[1] Jujun S. Suriasumantri dalam bakhtiar, 2010,
175
[2]
http://www.geocities.ws/m_win_afgani/arsip/03_SARANA_BERPIKIR_ILMIAH.pdf
[3]
http://blog.unsri.ac.id/aprizal/sarana-berpikir-ilmiah-bahasa-matematika-dan-statistika/sr/3560/
[4] Jujun S. Suriasumantri dalam bakhtiar, 2010,
191
[5] Anas Sudiono
dalam bakhtiar, 2010, 198
[6] Sudjana, Metode Statistika, Bandung : Tarsito, 1996.
[7]
http://blog.unsri.ac.id/aprizal/sarana-berpikir-ilmiah-bahasa-matematika-dan-statistika/sr/3560/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar