Sabtu, 29 Desember 2012

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum.Sungguh sangat naif bagi para pelaku pendidikan di lapangan terutama guru.kepala sekolah, pengawas bahkan anggota komite sekolah jika tidak memahami dengan baik keberadaan, kegunaan dan urgensi setiap model-model pengembangan kurikulum.
Mengapa guru dituntut untuk mengetahui konsep-konsep tentang kurikulum, dalam hal ini model-model pengembangan kurikulum ? Karena pemahaman tentang kurikulum itu sendiri merupakan salah satu unsur kompetensi pedagogik yang harus dimilki oleh seorang guru, sesuai dengan bunyi pasal 10, Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentanag Guru dan Dosen, yang mengatakan “ Bahwa kompetensi guru itu mencakup kompetensi pedagogik, kompetrensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional.”
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang salah satunya kemampuan pengembangan kurikulum.Pada tahun 2006 pemerintah menerapkan pemberlakuan tentang kurikulum baru.Yang berlaku sebagai pengganti kurikulum 2004 yaitu Kurkulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini merupakan inovasi baru dalam bidang kurikulum pendidikan di Indonesia, karena dengan adanya KTSP pihak satuan pendidikan dituntut kemampuannya dalam menyusun kurikulum sesuai dengan keadaan,atau kondisi dan keperluan satuan sekolah tersebut yang lebih dikenal dengan system desentralisasi. Yang tentunya ini merupakan perbedaan pada kurikulum sebelumnya yang lebih menitikberatkan pada sekolah untuk melaksanakannya saja sedangkan yang membuat dan menyusunnya adalah pemerintah atau disebut juga dengan system sentralisasi.Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan model yang dijadikan lambang teoritis untuk melaksanakan suatu kegiatan.Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar.

B.     RUMUSAN MASALAH
Dalam latar belakang diatas dapat kita rumuskan beberapa masalah yang perlu dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.      Bagaimanakah sebuah kurikulum menjadi sebuah kebijaksanaan yang diberlakukan oleh pemerintah?
2.      Apakah orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan mengetahui bagaimana proses terjadinya sebuah kurikulum ?
3.      Model-model pengembangan kurikulum yang manakah, yang digunakan oleh pemerintah untuk menetapkan sebuah kurikulum yangh berlaku?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang belum terjawab oleh kita, yang bergelut dalam dunia pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas, menurut Nana Syaodih Sukmadinata pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikuluym yang telah ada (curriculum improvement).[1]Sedangkan model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi pristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis serta lambang-lambang lainnya.[2]
Kurikulum secara umum didefinisikan sebagai rencana (plan) yang dikembangkan umtuk memperlancar proses belajar dan mengajar dengan arahan dan bimbingan sekolah serta anggota stafnya.  Pengembangan Kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam proses pendidikan. Sasaran  yang ingin dicapai bukan semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih dititik beratkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pemngembanagan kuirkulum adalah berbagai bentuk atau model yang nyata dalam penyususnan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada.
Dalam pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai faktor maupun aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan kebutuhan peserta didik, lingkup (scope) dan urutan (sequence) bahan pelajaran, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan.


B.     MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Berdasarkan perkembangan dan pemikmiran para ahli kurikulum, maka dewasa ini telah banyak disajikan model-model pengembangan kurikulum.Setiap model pengembanagn kuirkulum tersebut memilkiki karakteristik dan ciri khusus pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam pembelajaran.
Nana Syaodih Sukmadinata membagi membagi model-model pengembanagan kuirkulum menjadi delapan model yaitu:

1.      THE ADMINISTRATIVE (LINE STAFF MODEL) MODEL
Model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling lama dan paling banyak digunakan.Gagasan pengembangan kurikulum datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Model administratif / disebut juga model dari atas ke bawah. Kegiatan pengembangan kurikulum dimulai dari penjabat pendidikan yang berwenang yang membentuk panitia pengarah.Biasanya terdiri dari pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan staf pengajar inti.Panitia pengarah tersebut diarahkan tugas untuk merencanakan, menyiapkan, rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan.
Setelah kegiatan itu selesai, panitia pengarah membentuk kelompok kerja sesuai keperluan.Para anggotanya biasanya adalah staf pengajar dan spesialis kurikulum.Kelompok ini bertugas untuk menyusun tujuan-tujuan khusus pendidikan, garis besar bahan pengajaran, dan kegiatan belajar.Hasil  kerja kelompok tersebut direvisi panitia pengarah, menguji coba kemudian memutuskan pelaksanaanya. Setelah mendapatkan beberapa peyempurnaan dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya kurikulum tersebut. Karena datangnya dari atas, maka model in disebut juga model Top – Down. Dalam pelaksanaanya, diperlukan monitoring, pengawasan dan bimbingan.Setelah berjalan beberapa saat perlu dilakukan evaluasi.[3]
Kurikulum dengan pengembangan seperti ini dapat kita lihat dan rasakan pada pelaksanaan kurikulum tahun 1968, 1975, 1984,1994 dan 2004 yang lebih bersifat sentralisasi

2.      THE GRASS ROOTS MODEL
Model pengembanagan kurikulum ini merupakan kebalikan dari model the administratif model. Model ini lahir dari asumsi yang dikemukakan oleh Stanley dan Shores yang dikutip dari Nana Syaodih Sukmadinata ”…..guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.”.[4]Alur pengembangannya adalah guru, selompok guru atau seluruh guru disuatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.Pengembangan dapat berkenaan dengan suatu komponen kuirkulum, satu atau bebarapa bidang studi atau pun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum.Kemudian kurikulum tersebut dapat diberlakukan sebagai pedoman dalam pelaksanan pendidikan atau pengajaran di sekolah tersebut.Kurikulum ini sangat bersifat desentralisasi, karena segala ide mulai dari perencanaan penyusunan sampai pelaksanaannya dilapangan adalah hak otonomi sekolah tersebut, dan pemerintah atau pengambil kebijaksaan yang lebih tinggi dia atasnya tidak mempunyai kewenangan untuk mengubahnya.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung dilakukan dengan menggunakan pendekatan the Grass-Root model.Kendati demikian agar pengembangan kurikulum dalam berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya, terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah.


3.      BEAUCHAMP’S SYSTEM
Sesuai dengan namanya, model ini diformulasikan oleh GA. Beuchamp, yaitu mengemukakan lima langkah penting dalam pengambilan keputusan pengembangan kurikulum, yaitu :
a.       Menentukan arena pengembangan kurikulum yang dilakukan, yaitu berupa kelas, sekolah, sistempersekolahan regional atau nasional
b.      Memiih dan kemudian mengikutsertakan pengembangan kurikulum yang terdiri atas spesialis kurikulum, kelompok professional, penyuluh pendidikan dan orang awam.
c.       Mengorganisasikan dan menentukan perencanaan kurikulum yang meliputi penentuan tujuan, materi dan kegiatan belajar.
d.      Merapatkan atau melaksanakan kurikulum secara sistematis disekolah.
e.       Melakukan penilaian.[5]

4.      THE DEMONSTRATION MODEL
Model ini pada dasarnya bersifat grass roots, yang datang dari bawah.Bedanya pada model grass roots pengembangan kuirkulum adalah murni dari oaring-orang yang berada dalam suatu sekolah tanpa campur tangan oleh pemerintah atau para ahli.
Model ini diprakarsai oleh guru atau sekelompok guru yang bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Menurut Smith, Stanley dan Shores ada dua variasai dalam model ini yaitu: pertama, sekelompok guru dari suatu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk oleh pengambil kebijaksaan untuk melakukan percobaan tentang salah satu atau beberapa segi/komponen kurikulum, kedua, kurang bersifat formal yaitu beberapa orang guru merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, kemudian mereka mencoba mengadakan penelitian, perbaikan dan pengembangan sendiri

5.      TABA’S INVERTED MODEL
Model yang dikemukakan Hilda ini berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena caranya yang bersifat induktif. Itulah sebabnya ini dinamakan model terbalik.Model ini diawali justru dengan percobaan, kemudian baru penyusunan dan kemudian oenerapan.Hal ini dimaksudkan untuk menentukan antara teori dan praktek.
Pengembangan model ini dilakukan dengan lima tahap, yaitu :
a.       Menyusun unit-unit kurikulum yang ada dan diujicobakan oleh staf pengajar. unit yang dieksprimen meliputi: mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan-tujuan khusus, memilih isi, mengorganisasi isi, memilih pengalaman belajar, mengorganisasi pengalaman belajar, mengevaluasi dan melihat sekuens dan keseimbangan.
b.      Mengujicobakan untuk mengetahui kesahihan dan kelayakan kegiatan belajar mengajar.
c.       Menganalisis dan merevisi hasil uji coba, serta mengkonsolidasikannya.
d.      Menyusun kerangka teoritis, maksudnya adalah Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum yang dilakukan untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang dipakai sudah masuk atau sesuai.
e.       Menyusun kurikulum yang dikembangkan secara menyeluruh dan mengumumkannya. [6]

6.      RONGERS’S IN TERPERSONAL RELATION MODEL
Model ini lahir dari asumsi yang menurut Roger bahwa manusia berada dalam proses perubahan (becoming, dveloping, chaning), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut.(Nana Syaodih Sukmadinata, 2008:167). Pendidikan juga tidak lain merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat perubahan ke arah perkembangan. Guru atau pendidik bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak. Roger mengemukakan model ini terdiri dari empat langkah yaitu:
a.       Pemilihan target dari sistem pendidikan, pada langkah ini kreteria yang harus ada adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif. Selama satu minggu para pejabat pendidikan/administrator melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang relaks, tidak formal.
b.      Partisifasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Guru dan pejabat pendidikan bersama-sama mengikuti kegiatan kelompok yang intesif, dari pertemuan tersebut diperoleh hal-hal yang merupakan ide-ide dalam pengembangan kurikulum di lapangan.
c.       Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran. Siswa dilibatkan dalam pertemuan kelompok intensif antara pejabat pendidikan dan guru.
d.      Partisifasi orang tua dalam kegiatan kelompok, artinya orang tua telibat juga dalam kegiatan intensif kelompok tersebut.
Model pengembanmgan ini merupakan kulminasi dari semua kegiatan kelompok di atas, berkat berbagai bentuk aktivitas dalam intreraksi ini individu akan berubah.

7.      THE SYSTEMATIC ACTION RESEACH MODEL
Model ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada: hubungan insana, sekolah dan organisasi masyarakat, dan wibawa dari pengetahuan profesional. Model ini terdiri dari dua langkah yaitu:
a.       Mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh, dan mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut.
b.      Implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama, kegiatan ini segera diikuti oleh kegiatan pegumpulan data dan fakta-fakta. Data-data tersebut berfungsi: menyiapkan data bagi evaluasi tindakan, sebagai bahan pemahaman tentang masalah yang dihadapi, sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi, dan sebagai bahan unutk menentukan tindakan lebih lanjut.

8.      EMERGING TECHNICAL MODEL
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efesiensi efektivitas dalam bisnis, juga mepengaruhi perkebangan model-model kurikulum. Hal ini di dasarkan pada:
·         The berhavioral analisys model, menekankan penguasaan prilaku atau kemampuan. Suatu kemampuan atau prilaku yang kompleks diuraikan menjadi prilaku-prilaku yang sederhana, yang tersusun secara hirarkis.
·         The system analisys model, berasal dari gerakan efesiensi bisnis. Langkah pertama dalam model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian-ketercapaian hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah ketiga mengedintifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan
·        The computer-based model, suatu model pengembangan kurikulum dengan memamafaatkan komputer. Pengembangan dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan. Setelah diadakan pengelolaan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil yang dicapai siswa disimpan dalam computer.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dan sangat urgen untuk difahami oleh barbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan kurikulum.
Banyak para ahli yang mengemukakan tentang model-model pengembangan kurikulum, namun dari berbagai model tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan masing-masing model arah titik berat pengembangannya sangat berbeda, ada yang menitikberatkan pada pengambil kebijaksanaan, pada perumusan tujuan, perumusan isi pelajaran, pelaksanaan kurikulum itu sendiri dan evaluasi kuirkulum.
`Pemilihan suatu model pengembangan kuirkulum bukan saja didasrkan pada asas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal., tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan desentralisasi. Model penegembangan kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kuirkulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial,

B.     SARAN
1.      Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk memiliki sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan kurikulumkarena kuirkulum merupakan nadi penggerak dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.Hal ini dapat dilakukan memalui pelatihan, penelituian atau memperkaya diri dengan melalui bahan bacaan, internet dan sebagainya.
2.      Diharapkan dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru dapat memilih model pengembangan kuiurkulum yang tepat dan diharapkan dengan pilihan tersebut dapat diimplementasikan dalam pengembangan kurikulum di sekolah.
3.      Dengan telah diketahui dan dipahaminya tentang model-model pengembangan kurikulum diharapkan dalam pelaksanaan perancangan KTSP yang berlaku disatuan pendidikan tertentu, benar-benar merupakan hasil karya antara stekholder-stekholder yang berada di suatu sekolah, bukan merupakan copy paste dari KPTS sekolah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H.M. Ahmad,dkk. PENGEMBANGAN KURIKULUM. 1997. Bandung : Penerbit Pustaka Setia.
Sukmadinata.S.NPengembangan Kurikulum ; Teori dan Praktek. 2008. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina (2008). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kuirkulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta; Fajar Interpratama Offset
Sanjaya, Wina. (2007). Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Sekolah Paqscasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Tim pengembangan MKDK kurikulum dan pembelajaran.Kurikulum dan Pembelajaran.2002. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu pendidikan UPI.


[1]Sukmadinata,N.S.(2008) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek: Bandung; PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 1
[2]Sanjaya, Wina. (2007). Kajian Kurikulum dan Pembelajaran.Sekolah Paqscasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Hal.177
[3]Sukmadinata.N.S (2008).Op Cit. Hal. 161
[4]Ibid. Hal. 163
[5]Drs. H.M. Ahmad,dkk. PENGEMBANGAN KURIKULUM. 1997. Bandung : Penerbit Pustaka Setia.hal. 56
[6] Ibid, hal 57



Tidak ada komentar:

Posting Komentar