BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Model-model
pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan
kurikulum.Sungguh sangat naif bagi para pelaku pendidikan di lapangan terutama
guru.kepala sekolah, pengawas bahkan anggota komite sekolah jika tidak memahami
dengan baik keberadaan, kegunaan dan urgensi setiap model-model pengembangan
kurikulum.
Mengapa
guru dituntut untuk mengetahui konsep-konsep tentang kurikulum, dalam hal ini
model-model pengembangan kurikulum ? Karena pemahaman tentang kurikulum itu
sendiri merupakan salah satu unsur kompetensi pedagogik yang harus dimilki oleh
seorang guru, sesuai dengan bunyi pasal 10, Undang-undang Nomor 14 tahun 2005
tentanag Guru dan Dosen, yang mengatakan “ Bahwa kompetensi guru itu mencakup
kompetensi pedagogik, kompetrensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
professional.”
Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik
yang salah satunya kemampuan pengembangan kurikulum.Pada tahun 2006 pemerintah
menerapkan pemberlakuan tentang kurikulum baru.Yang berlaku sebagai pengganti
kurikulum 2004 yaitu Kurkulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini
merupakan inovasi baru dalam bidang kurikulum pendidikan di Indonesia, karena
dengan adanya KTSP pihak satuan pendidikan dituntut kemampuannya dalam menyusun
kurikulum sesuai dengan keadaan,atau kondisi dan keperluan satuan sekolah
tersebut yang lebih dikenal dengan system desentralisasi. Yang tentunya ini
merupakan perbedaan pada kurikulum sebelumnya yang lebih menitikberatkan pada
sekolah untuk melaksanakannya saja sedangkan yang membuat dan menyusunnya
adalah pemerintah atau disebut juga dengan system sentralisasi.Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan model yang
dijadikan lambang teoritis untuk melaksanakan suatu kegiatan.Model atau
konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dalam
latar belakang diatas dapat kita rumuskan beberapa masalah yang perlu dibahas
dalam makalah ini, yaitu:
1.
Bagaimanakah sebuah kurikulum menjadi sebuah
kebijaksanaan yang diberlakukan oleh pemerintah?
2.
Apakah orang-orang yang berkecimpung dalam
dunia pendidikan mengetahui bagaimana proses terjadinya sebuah kurikulum ?
3.
Model-model pengembangan kurikulum yang
manakah, yang digunakan oleh pemerintah untuk menetapkan sebuah kurikulum yangh
berlaku?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang belum
terjawab oleh kita, yang bergelut dalam dunia pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengembangan
kurikulum mempunyai makna yang cukup luas, menurut Nana Syaodih Sukmadinata
pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru
(curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikuluym yang telah ada
(curriculum improvement).[1]Sedangkan
model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi pristiwa kompleks atau
sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis serta lambang-lambang lainnya.[2]
Kurikulum secara umum didefinisikan
sebagai rencana (plan) yang dikembangkan umtuk memperlancar proses belajar dan
mengajar dengan arahan dan bimbingan sekolah serta anggota stafnya. Pengembangan Kurikulum merupakan bagian yang
esensial dalam proses pendidikan. Sasaran
yang ingin dicapai bukan semata-mata memproduksi bahan pelajaran
melainkan lebih dititik beratkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Dari
pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pemngembanagan kuirkulum
adalah berbagai bentuk atau model yang nyata dalam penyususnan kurikulum yang
baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada.
Dalam
pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai faktor maupun aspek yang
mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan,
politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan kebutuhan peserta didik,
lingkup (scope) dan urutan (sequence) bahan pelajaran, kebutuhan masyarakat
maupun arah program pendidikan.
B.
MODEL-MODEL
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Berdasarkan
perkembangan dan pemikmiran para ahli kurikulum, maka dewasa ini telah banyak
disajikan model-model pengembangan kurikulum.Setiap model pengembanagn
kuirkulum tersebut memilkiki karakteristik dan ciri khusus pada pola desain,
implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam pembelajaran.
Nana
Syaodih Sukmadinata membagi membagi model-model pengembanagan kuirkulum menjadi
delapan model yaitu:
1.
THE
ADMINISTRATIVE (LINE STAFF MODEL) MODEL
Model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling lama
dan paling banyak digunakan.Gagasan pengembangan kurikulum datang dari para
administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Model
administratif / disebut juga model dari atas ke bawah. Kegiatan pengembangan
kurikulum dimulai dari penjabat pendidikan yang berwenang yang membentuk
panitia pengarah.Biasanya terdiri dari pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan
staf pengajar inti.Panitia pengarah tersebut diarahkan tugas untuk
merencanakan, menyiapkan, rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan.
Setelah kegiatan itu selesai, panitia pengarah membentuk kelompok
kerja sesuai keperluan.Para anggotanya biasanya adalah staf pengajar dan
spesialis kurikulum.Kelompok ini bertugas untuk menyusun tujuan-tujuan khusus
pendidikan, garis besar bahan pengajaran, dan kegiatan belajar.Hasil kerja kelompok tersebut direvisi panitia
pengarah, menguji coba kemudian memutuskan pelaksanaanya. Setelah mendapatkan
beberapa peyempurnaan dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi tugas
menetapkan berlakunya kurikulum tersebut. Karena datangnya dari atas, maka
model in disebut juga model Top – Down. Dalam pelaksanaanya, diperlukan
monitoring, pengawasan dan bimbingan.Setelah berjalan beberapa saat perlu
dilakukan evaluasi.[3]
Kurikulum
dengan pengembangan seperti ini dapat kita lihat dan rasakan pada pelaksanaan
kurikulum tahun 1968, 1975, 1984,1994 dan 2004 yang lebih bersifat sentralisasi
2.
THE GRASS ROOTS
MODEL
Model
pengembanagan kurikulum ini merupakan kebalikan dari model the administratif
model. Model ini lahir dari asumsi yang dikemukakan oleh Stanley dan Shores
yang dikutip dari Nana Syaodih Sukmadinata ”…..guru adalah perencana,
pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling
tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun
kurikulum bagi kelasnya.”.[4]Alur
pengembangannya adalah guru, selompok guru atau seluruh guru disuatu sekolah
mengadakan upaya pengembangan kurikulum.Pengembangan dapat berkenaan dengan
suatu komponen kuirkulum, satu atau bebarapa bidang studi atau pun seluruh
bidang studi dan seluruh komponen kurikulum.Kemudian kurikulum tersebut dapat
diberlakukan sebagai pedoman dalam pelaksanan pendidikan atau pengajaran di
sekolah tersebut.Kurikulum ini sangat bersifat desentralisasi, karena segala
ide mulai dari perencanaan penyusunan sampai pelaksanaannya dilapangan adalah
hak otonomi sekolah tersebut, dan pemerintah atau pengambil kebijaksaan yang
lebih tinggi dia atasnya tidak mempunyai kewenangan untuk mengubahnya.
Terkait
dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih
cenderung dilakukan dengan menggunakan pendekatan the Grass-Root model.Kendati
demikian agar pengembangan kurikulum dalam berjalan efektif tentunya harus
ditopang oleh kesiapan sumber daya, terutama sumber daya manusia yang tersedia
di sekolah.
3.
BEAUCHAMP’S
SYSTEM
Sesuai dengan namanya, model ini diformulasikan oleh GA. Beuchamp,
yaitu mengemukakan lima langkah penting dalam pengambilan keputusan
pengembangan kurikulum, yaitu :
a.
Menentukan
arena pengembangan kurikulum yang dilakukan, yaitu berupa kelas, sekolah,
sistempersekolahan regional atau nasional
b.
Memiih
dan kemudian mengikutsertakan pengembangan kurikulum yang terdiri atas
spesialis kurikulum, kelompok professional, penyuluh pendidikan dan orang awam.
c.
Mengorganisasikan
dan menentukan perencanaan kurikulum yang meliputi penentuan tujuan, materi dan
kegiatan belajar.
d.
Merapatkan
atau melaksanakan kurikulum secara sistematis disekolah.
e.
Melakukan
penilaian.[5]
4.
THE
DEMONSTRATION MODEL
Model ini pada
dasarnya bersifat grass roots, yang datang dari bawah.Bedanya pada model grass
roots pengembangan kuirkulum adalah murni dari oaring-orang yang berada dalam
suatu sekolah tanpa campur tangan oleh pemerintah atau para ahli.
Model ini
diprakarsai oleh guru atau sekelompok guru yang bekerja sama dengan ahli yang
bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Menurut Smith, Stanley dan Shores ada
dua variasai dalam model ini yaitu: pertama, sekelompok guru dari suatu sekolah
atau beberapa sekolah ditunjuk oleh pengambil kebijaksaan untuk melakukan
percobaan tentang salah satu atau beberapa segi/komponen kurikulum, kedua,
kurang bersifat formal yaitu beberapa orang guru merasa kurang puas dengan
kurikulum yang ada, kemudian mereka mencoba mengadakan penelitian, perbaikan
dan pengembangan sendiri
5.
TABA’S INVERTED
MODEL
Model yang dikemukakan Hilda ini berbeda dengan cara lazim yang
bersifat deduktif karena caranya yang bersifat induktif. Itulah sebabnya ini
dinamakan model terbalik.Model ini diawali justru dengan
percobaan, kemudian baru penyusunan dan kemudian oenerapan.Hal ini dimaksudkan
untuk menentukan antara teori dan praktek.
Pengembangan model ini dilakukan dengan lima tahap, yaitu :
a.
Menyusun
unit-unit kurikulum yang ada dan diujicobakan oleh staf pengajar. unit yang
dieksprimen meliputi: mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan-tujuan khusus,
memilih isi, mengorganisasi isi, memilih pengalaman belajar, mengorganisasi
pengalaman belajar, mengevaluasi dan melihat sekuens dan keseimbangan.
b.
Mengujicobakan
untuk mengetahui kesahihan dan kelayakan kegiatan belajar mengajar.
c.
Menganalisis
dan merevisi hasil uji coba, serta mengkonsolidasikannya.
d.
Menyusun
kerangka teoritis, maksudnya adalah Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
yang dilakukan untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau
landasan-landasan teori yang dipakai sudah masuk atau sesuai.
e.
Menyusun
kurikulum yang dikembangkan secara menyeluruh dan mengumumkannya. [6]
6.
RONGERS’S IN
TERPERSONAL RELATION MODEL
Model ini lahir
dari asumsi yang menurut Roger bahwa manusia berada dalam proses perubahan
(becoming, dveloping, chaning), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi
untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia
membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan
tersebut.(Nana Syaodih Sukmadinata, 2008:167). Pendidikan juga tidak lain
merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat perubahan ke arah
perkembangan. Guru atau pendidik bukan pemberi informasi apalagi penentu
perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak.
Roger mengemukakan model ini terdiri dari empat langkah yaitu:
a.
Pemilihan target dari sistem pendidikan, pada
langkah ini kreteria yang harus ada adalah adanya kesediaan dari pejabat
pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif. Selama satu
minggu para pejabat pendidikan/administrator melakukan kegiatan kelompok dalam
suasana yang relaks, tidak formal.
b.
Partisifasi guru dalam pengalaman kelompok yang
intensif. Guru dan pejabat pendidikan bersama-sama mengikuti kegiatan kelompok
yang intesif, dari pertemuan tersebut diperoleh hal-hal yang merupakan ide-ide
dalam pengembangan kurikulum di lapangan.
c.
Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif
untuk satu kelas atau unit pelajaran. Siswa dilibatkan dalam pertemuan kelompok
intensif antara pejabat pendidikan dan guru.
d.
Partisifasi orang tua dalam kegiatan kelompok,
artinya orang tua telibat juga dalam kegiatan intensif kelompok tersebut.
Model pengembanmgan ini merupakan kulminasi
dari semua kegiatan kelompok di atas, berkat berbagai bentuk aktivitas dalam
intreraksi ini individu akan berubah.
7.
THE SYSTEMATIC
ACTION RESEACH MODEL
Model ini
didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial.
Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada: hubungan insana,
sekolah dan organisasi masyarakat, dan wibawa dari pengetahuan profesional.
Model ini terdiri dari dua langkah yaitu:
a.
Mengadakan kajian secara seksama tentang
masalah-masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh,
dan mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi
masalah tersebut.
b.
Implementasi dari keputusan yang diambil dalam
tindakan pertama, kegiatan ini segera diikuti oleh kegiatan pegumpulan data dan
fakta-fakta. Data-data tersebut berfungsi: menyiapkan data bagi evaluasi
tindakan, sebagai bahan pemahaman tentang masalah yang dihadapi, sebagai bahan
untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi, dan sebagai bahan unutk
menentukan tindakan lebih lanjut.
8.
EMERGING
TECHNICAL MODEL
Perkembangan
bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efesiensi efektivitas
dalam bisnis, juga mepengaruhi perkebangan model-model kurikulum. Hal ini di
dasarkan pada:
·
The berhavioral analisys model, menekankan
penguasaan prilaku atau kemampuan. Suatu kemampuan atau prilaku yang kompleks
diuraikan menjadi prilaku-prilaku yang sederhana, yang tersusun secara
hirarkis.
·
The system analisys model, berasal dari gerakan
efesiensi bisnis. Langkah pertama dalam model ini adalah menentukan spesifikasi
perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah
menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian-ketercapaian hasil belajar yang
harus dikuasai siswa. Langkah ketiga mengedintifikasi tahap-tahap ketercapaian
hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan
biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan
·
The computer-based model, suatu model
pengembangan kurikulum dengan memamafaatkan komputer. Pengembangan dimulai
dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah
memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan. Setelah diadakan
pengelolaan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil yang dicapai siswa
disimpan dalam computer.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Keberadaan
model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dan sangat urgen
untuk difahami oleh barbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan
kurikulum.
Banyak
para ahli yang mengemukakan tentang model-model pengembangan kurikulum, namun
dari berbagai model tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing,
dan masing-masing model arah titik berat pengembangannya sangat berbeda, ada
yang menitikberatkan pada pengambil kebijaksanaan, pada perumusan tujuan,
perumusan isi pelajaran, pelaksanaan kurikulum itu sendiri dan evaluasi
kuirkulum.
`Pemilihan
suatu model pengembangan kuirkulum bukan saja didasrkan pada asas kelebihan dan
kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal., tetapi
juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan
pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model
pengembangan dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi
berbeda dengan desentralisasi. Model penegembangan kurikulum yang sifatnya
subjek akademis berbeda dengan kuirkulum humanistik, teknologis dan
rekonstruksi sosial,
B.
SARAN
1.
Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk
memiliki sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan kurikulumkarena kuirkulum
merupakan nadi penggerak dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.Hal
ini dapat dilakukan memalui pelatihan, penelituian atau memperkaya diri dengan
melalui bahan bacaan, internet dan sebagainya.
2.
Diharapkan dengan berlakunya Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, guru dapat memilih model pengembangan kuiurkulum yang tepat
dan diharapkan dengan pilihan tersebut dapat diimplementasikan dalam
pengembangan kurikulum di sekolah.
3.
Dengan telah diketahui dan dipahaminya tentang
model-model pengembangan kurikulum diharapkan dalam pelaksanaan perancangan
KTSP yang berlaku disatuan pendidikan tertentu, benar-benar merupakan hasil
karya antara stekholder-stekholder yang berada di suatu sekolah, bukan
merupakan copy paste dari KPTS sekolah lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs. H.M. Ahmad,dkk. PENGEMBANGAN KURIKULUM. 1997. Bandung :
Penerbit Pustaka Setia.
Sukmadinata.S.NPengembangan Kurikulum ; Teori dan Praktek. 2008.
Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina (2008). Kurikulum dan
Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kuirkulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta; Fajar Interpratama Offset
Sanjaya, Wina. (2007). Kajian
Kurikulum dan Pembelajaran. Sekolah Paqscasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia
Tim pengembangan MKDK kurikulum dan pembelajaran.Kurikulum dan
Pembelajaran.2002. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu pendidikan UPI.
[1]Sukmadinata,N.S.(2008) Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek: Bandung; PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 1
[2]Sanjaya, Wina. (2007). Kajian Kurikulum dan
Pembelajaran.Sekolah Paqscasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Hal.177
[3]Sukmadinata.N.S
(2008).Op Cit. Hal. 161
[4]Ibid. Hal. 163
[5]Drs. H.M. Ahmad,dkk. PENGEMBANGAN
KURIKULUM. 1997. Bandung : Penerbit Pustaka Setia.hal. 56
[6] Ibid, hal
57
Tidak ada komentar:
Posting Komentar